Salam sejahtera teman sejawat semua.. Bagaimana keadaan anda semua, oke pada postingan kali ini Kali ini saya ingin sedikit membahas tentang Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) untuk Memodulasi Nyeri.. Judul postingan kali ini sebenarnya sudah pernah saya posting pada blog terdahulu saya, namun karena blog terdahulu sudah tidak berjalan lg, maka saya akan coba posting lagi pada kesempatan kali ini. Baiklah langsung saja..
1. Pengertian Nyeri
Dimulai dari pengertian nyeri yg merupakan salah satu keluhan medis tertua yang bisa dialami dari lahir sampai meninggal, keluhan nyeri dari yang paling ringan berupa rasa tidak nyaman sampai yang paling berat atau tidak tertahankan adalah salah satu alasan yang mendorong seseorang untuk mendapatkan pertolongan1.
2. Nyeri dapat dimodulasi melalui beberapa tingkatan yaitu:
- Tingkat Reseptor: Pada tingkat ini sasaran modulasi pada reseptor perifer.
2. Nyeri dapat dimodulasi melalui beberapa tingkatan yaitu:
- Tingkat Reseptor: Pada tingkat ini sasaran modulasi pada reseptor perifer.
- Tingkat Spinal: Pada tingkat ini sasaran modulasi pada substansia gelatinosa dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi stimulasi nyeri.
- Tingkat Supra Spinal: Pada tingkat ini control nyeri dilakukan oleh Peri Aquaductal Graymatter (PAG) di midbraain.
- Tingkat Sentral: Pada tingkat sentral ini aspek kognitif dan psikis berperan dalam memodulasi nyeri.
c. Pengukuran Nyeri
Pengukuran derajat nyeri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode diantaranya dengan VAS (Visual Analog Scale). Pengukuran dengan VAS merupakan nilai nyeri secara kuantitatif dari pernyataan subyek sampel. Vas berbentuk garis rentang 10cm.
d. Pengertian TENS
TENS merupakan alat stimulasi elektris maksudnya alat yg mengubah arus listrik menjadi stimulasi untuk terapi. TENS dapat memodulasi nyeri dengan 2 cara yaitu menstimulasi serabut afferen berdiameter besar dengan mekanisme gerbang kontrol dan memodulasi nyeri melalui mekanisme endogeneus opiate2.
TENS mempunyai bentuk pulsa monophasic, biphasic, dan poliphasic. Monophasic mempunyai bentuk gelombang rectangular,triangular, dan sinis searah. Biphasik mempunyai bentuk pulsa rectangular biphasic simetris dan sinusoidal biphasic simetris. Sedangkan Poliphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interferensi/campuran.
e. Pembagian TENS
TENS digunakan untuk pengurangan nyeri dapat dibagi menjadi :
- TENS Konvensional
Bertujuan untuk mengaktifasi saraf berdiameter besar, memodulasi secara segmental/spinal, dengan frekuensi tinggi (10-200 pps), intensitas rendah, dan durasi 100-200 mikrodetik.
- AL-TENS (Acupuncture-like TENS)
Bertujuan untuk mengaktifasi otot-otot fasik yang berakhir pada saraf berdiameter kecil nonnoksius dengan mekanisme modulasi segmental/spinal dan extrasegmental/supra spinal, dengan frekuensi sampai 100 pps, intensitas tinggi, dan durasi 100-200mikrodetik.
- Intense TENS
Bertujuan untuk mengaktifasi saraf berdiameter kecil (noksius), dapat memodulasi nyeri secara perifer, segmental/spinal, dan extrasegmental/supra spinal, dengan frekuensi tinggi (sampai 200 pps), intensitas tertinggi yang bisa ditoleransi penderita, durasi lebih dari 1000 mikrodetik1.
f. Penempatan Electrode TENS
Metode penempatan electrode TENS sebagai berikut:
- Di sekitar Lokasi nyeri
Metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri yang merupakan letak paling optimal dalam hubunganya dengan jaringan penyebab nyeri.
- Dermatom
Dasar metode ini ialah daerah kulit tertutup akan mempunyai persyarafan yang sama dengan struktur/jaringan yang tepat di bawahnya.
g. Indikasi TENS
- Trauma musculoskeletal (akut/kronik)
- Nyeri kepala
- Nyeri pasca operasi
- Nyeri pasca melahirkan
- Nyeri miofasial
- Nyeri visceral
- Nyeri berhubungan dengan sindroma sensorik
- Nyeripsikogenik
- Sindroma kompresi neurovaskular
h. Kontraindikasi TENS
- Keganasan
- Penyakit vaskuler
- Perdarahan
- Pasien ketergantungan pada alat pacu jantung
- Luka terbuka yang besar
- Infeksi
- Gangguan sensoris
- Bahan metal
Sekian dulu dari saya, semoga bermanfaat untuk kita semua..
*daftar pustaka
1 Parjoto, Slamet, 2005, Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri, IFI Cabang Semarang.
2 Mardiman, Sri, 2001, Modulasi Nyeri dan Mekanisme Pengurangan Nyeri dengan Modalitas Fisioterapi, Pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri, Surakarta.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar yang anda tinggalkan, dikarenakan saya yang tidak 24 jam online, mohon maaf atas keterlambatan balasan dari saya.