Dystrophy Muscular Progresif

Dystrophy Muscular Progresif atau yg dikenal juga Duchenne Muscular Dystrophy karena kelainan ini dibahas pertama kali secara komprehensif oleh Guillaume Duchenne. DMP adalah suatu penyakit genetik berupa kelemahan dan degenerasi otot rangka yg berubah menjadi jaringan ikat dan lemak, hal ini karena kelainan pada kromosom X, yg berfungsi untuk pembentukan protein dystrophin

Attention Defisit Hyperactivity disorder (ADHD)

Salam sejahtera teman sejawat semua.. Pada kesempatan kali ini sayang ingin sedikit berbicara tentang attention deficit/hyperactivity disorder atau umumnya dikenal sebagai anak hiperaktif, adalah gangguan yang umum pada kondisi medis yang kompleks ditandai dengan kurangnya perhatian (inatensi), tidak bisa diam atau tidak mampu mengontrol gerakan sendiri (impulsif), dan tidak mampu menahan respon (hiperaktif) yang secara nyata mengganggu kehidupan anak

Fascitis Plantaris

Fascitis plantaris merupakan peradangan pada fasia plantaris dan otot-otot fleksor pendek kaki di perlekatannya pada calcaneus. Nah fascitis plantaris ini ternyata punya hubungan dekat dengan calcaneus spur, bahkan lebih dari 50% pasien plantar fasciitis mempunyai calcaneus spur

FRAKTUR dengan KLASIFIKASI MAYO

Salam sejahtera teman sejawat semua.. kesempatan kali ini saya ingin membagi sedikit tulisan tentang fraktur dengan klasifikasi mayo, oke sekarang pengertian fraktur sendiri adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Patahan pada kontinuitas struktur tulang dapat berupa suatu retakan pengisutan atau perimpilan

Terapi Latihan untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Terapi latihan yg umum sering digunakan fisioterapi untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebelumnya sedikit saya akan menjelaskan tetang anak berkebutuhan khusus, ABK adalah anak-anak yg mempunyai gangguan motorik, sensoris maupun prilaku oleh berbagai sebab, sehingga anak tersebut membutuhkan perhatian dan penanganan secara khusus

PLASTISITAS OTAK

Saat otak mengalami kerusakan, kita akan berfikir bahwa otak akan kehilangan fungsinya secara permanen, karena memang otak yg telah rusak/nekrotik bersifat irreversibel (tak akan regenerasi/sembuh lagi

De Quervain's Syndrome

De Quervain's syndrome merupakan peradangan pada tendon dan pada penutup tendon otot abductor pollicis longus (APL) dan extensor pollicis brevis (EPB). Kedua tendon otot ini membentuk segitiga sama sisi di metacarpal I

Senin, 07 November 2011

Dystrophy Muscular Progresif

Salam sejahtera teman sejawat semua.. Postingan kali ini saya ingin menulis sedikit tentang Dystrophy Muscular Progresif (DMP) atau yg dikenal juga Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) karena kelainan ini dibahas pertama kali secara komprehensif oleh Guillaume Duchenne. DMP adalah suatu penyakit genetik berupa kelemahan dan degenerasi otot rangka yg berubah menjadi jaringan ikat dan lemak, hal ini karena kelainan pada kromosom X, yg berfungsi untuk pembentukan protein dystrophin. Kelainan tersebut berupa mutasi pada gen untuk protein dystrophin dan menyebabkan suatu kelebihan pada enzyme creatine kinase. Hal tersebut akan menyebabkan integritas otot menurun. Gen dystrophin adalah gen terbanyak kedua pada mamalia. DMP diwariskan melalui X resesif. Maka oleh itu DMP kebanyakan dan hampir sebagian besar bahkan ada beberapa jurnal yg mengatakan hanya terjadi pada anak pria, wanita hanya sebagai karier. DMP muncul pada masa bayi atau anak-anak, sehingga sering terlambat dideteksi.   
Gejala yang paling tersering adalah kelemahan otot yg cenderung progresif, sering terjatuh, gangguan berjalan, gangguan keseimbangan, kelopak mata sering tertutup, jangkauan terbatas, atrofi gonad, scoliosis, kelainan rangka dan otot. Pemeriksaan neurologis seringkali menemukan hilangnya jaringan otot (wasting), kontraktur otot, pseudohypertrophy dan kelemahan. Beberapa jenis dari DMP dapat timbul dengan tambahan kelainan jantung, penurunan intelektual dan kemandulan. 
Prognosis dari DMP bervariasi tergantung dari jenis DMP dan progresifitas penyakitnya. Pada beberapa kasus dapat ringan dan memburuk sangat lambat, dengan kehidupan normal, sedangkan pada kasus yang lain mungkin memiliki pemburukan kelemahan otot yang bermakna, disabilitas fungsional dan kehilangan kemampuan berjalan. 
Penanganan fisioterapi tergantung telah sampai mana proses DMP berlangsung. Stretching diperlukan untuk menahan laju kontraktur. Latihan aktif dan beban menahan proses atropi. Pemakaian alat bantu seperti KAFO (knee angkle foot ortose) dapat memfasilitasi kemampuan fungsional anak. Perlu diingat pengobatan medis sangat diperlukan baik itu pemberian kortikosteroid untuk menahan proses degenerasi penyakit maupun tendon lengthening untuk mengulur kembali kontraktur otot.
Mungkin sedikit dari saya, mudah-mudahan dapat bermanfaat.. Apa bila masih ada hal yg belum jelas atau belum dimengerti saya selalu tunggu pertanyaan anda, tentunya juga saran dan kritiknya..

Selasa, 01 November 2011

De Quervain's Syndrome

Salam sejahtera teman sejawat semua..
Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit membahas tentang suatu kasus yg menurut saya unik, yg akhir-akhir ini telah banyak saya temui. De Quervain's syndrome merupakan peradangan pada tendon dan pada penutup tendon otot abductor pollicis longus (APL) dan extensor pollicis brevis (EPB). Kedua tendon otot ini membentuk segitiga sama sisi di metacarpal I. Dalam perjalanannya ke ibu jari, tendon APL dan EPB ini saling beriringan dan bersampingan ke sisi tepi pergelangan tangan. Kemudian melalui suatu terowongan (tunnel) dekat ujung tulang radius lengan bawah. Nah terowongan ini adalah saluran berselubung licin yg dinamakan tenosynovium, peradangan pada tenosynoviun dan tendon ini yang dinamakan tenosynovitis. Pada de Quervain's syndrome ini gerakan tendon yang berada pada terowongan menjadi mengerut atau seret. Gejala de Quervain's syndrome berupa nyeri pada pergelangan tangan dan lengan bawah yang berdekatan dengan ibu jari bertambah saat ibu jari bergerak, nyeri juga dapat menjalar ke lengan atas. Tidak sedikit juga terdapat crepitasi. Provokasi nyeri dengan tes Finklestein, yaitu ibu jari tangan digenggam dengan 4 jari tangan yg sama, lalu pergelangan tangan digerakkan ke ulnar deviasi, jika terdapat nyeri maka positif anda de Quervain's syndrome.

Penyebab utama dari de Quervain's syndrome adalah overuse oleh karena gerakan yg berulang-ulang dalam waktu yg lama pada tangan terutama yg menggunakan ibu jari seperti mencubit, memeras, memelintir, menekan dan menggenggam. Uniknya sebagian besar kasus ini terjadi pada wanita. Selain itu tak menutup kemungkinan reumatoid artritis dan cidera langsung pada tangan juga menyebabkan de Quervain's syndrome
Intervensi yg bisa diberikan fisioterapi adalah berupa :
1.   Microwave diathermy selama 10-15 menit
2.  Ultrasound dengan dosis, gelombang 1 Mhz, kontinyu, intensitas 1,5-2 watt/cm2, waktu 4-5 menit tergantung area terapi
3.   Splinting atau elastic bandage dengan posisi ibu jari tangan abduksi dan pergelangan tangan radial deviasi.
Selain tentunya juga pengobatan dengan operasi.
Mungkin sedikit dari saya, mudah-mudahan dapat bermanfaat..
Saya tunggu kritik dan sarannya..

Kamis, 27 Oktober 2011

Terapi Latihan untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Salam sejahtera teman sejawat semua, postingan kali ini saya akan sedikit membahas beberapa terapi latihan yg umum sering digunakan fisioterapi untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebelumnya sedikit saya akan menjelaskan tetang anak berkebutuhan khusus, ABK adalah anak-anak yg mempunyai gangguan motorik, sensoris maupun prilaku oleh berbagai sebab, sehingga anak tersebut membutuhkan perhatian dan penanganan secara khusus. Misalnya Cerebral Palsy, Down Syndrome,  dan ABK lainnya. 
1.      Neurostructure
Diberikan sentuhan ringan mulai dari kepala sampai ujung kaki.
Pasien : terlentang dan tengkurap
Terapis : duduk didepan anak
Gerakan : usapan lembut kepala, wajah, leher, bahu, hingga tangan. Lalu badan anak dari dada sampai pelvik, lanjut dari paha sampai ujung kaki.
Pengulangan : sekali persesi dengan 3 kali pengulangan
2.    Membongkar pola/pattern
Dikhususkan untuk CP yg memiliki pola fleksi dan ekstensi, sehingga pola tersebut harus diposisikan netral terlebih dahulu.
Pasien : terlentang
terapis : duduk di samping anak
Gerakan : (tipe fleksi) kepala, trunk, lumbal dan kaki anak di ekstensikan secara serentak, ditahan beberapa waktu dan diulang beberapa kali sampai anak rileks dan diposisi netral.
3.   Strecthing
Menjauhkan antara origo dan insertio semua otot perkelompok otot
Pasien : terlentang dan tengkurap
Terapis : duduk di depan anak
Gerakan : meregangkan tiap kelompok otot anak dengan gerakan sendi ataupun secara pasif (menarik insertio dan origo otot saling menjauh secara bersamaan)
Pengulangan : 3 kali tiap sesi, 2 sesi tiap latihan untuk tiap grup otot. 
3.    Kontraksi Pasif
Mendekatkan antara origo dan insertio semua otot perkelompok otot.
Pasien : Terlentang dan tengkurap
Terapis : duduk di depan anak
Gerakan : mengontaksikan/mendekatkan antara origo dan insertio tiap kelompok otot secara pasif.
Pengulangan : 3 kali tiap sesi, 2 sesi tiap latihan untuk tiap grup otot.
4. Inhibisi 
a.       Fleksor hip dan fleksor knee.
 Pasien : berbaring terlentang dengan 1 kaki fleksi
Terapis : duduk di depan anak
Gerakan : pegangan terapis di lutut, kaki terapis memfiksasi kaki anak kemudian digerakkan ke arah kaudal
Pengulangan : 8 x  dengan penahanan 8 hitungan
b.      Plantar fleksor ankle 
Pasien : terlentang dengan satu tungkai fleksi
Terapis : duduk di depan anak
Gerakan : pegangan terapis di lutut anak, kaki terapis memfiksasi kaki anak kemudian diberi aproksimasi searah dengan sendinya
Pengulangan : 8x dengan pengulangan 8 hitungan
c.       Adduksi dan endorotasi hip 
Pasien : terlentang dengan kedua lutut ditekuk semifleksi
Terapis : duduk di depan anak
Gerakan : pegangan terapis pada kedua lutut anak, kemudian tungkai dibuka  ke arah abduksi
Pengulangan : sekali per sesi latihan dengan pengulangan 8 hitungan.
d.   Spastisitas trunk 
Pasien : terlentang dengan kedua lutut fleksi
Terapis : duduk di depan anak
Gerakan : Pegangan terapis pada kedua lutut, sedang tangan yang kontralateral pada bahu anak, terapis menggerakan lutut anak ke arah kanan dan kiri ( ke arah rotasi trunk ) Pengulangan : sekali per sesi latihan dengan penahanan 8 hitungan 
5.      Stimulasi
Diberikan aproximasi kepada sendi hip, knee dan ankle untuk stimulasi jongkok dan berdiri.
Pasien : terlentang dengan kedua lutut semifleksi
Terapis : duduk di depan anak
Gerakan : pegangan terapis pada kedua lutut, kemudian terapis memberikan penekanan ke arah sendi hip, knee dan ankle secara bergantian
Pengulangan : 2 x per sesi dengan tiap-tiap sendi 8 hitungan 
6.      Fasilitasi 
a.       Fasilitasi fleksor dan ekstensor knee 
Pasien : berbaring terlentang
Terapis : di sebelah distal anak dengan pegangan pada distal kedua lutut anak
Gerakan : fleksi hip dan fleksi ankle secara bergantian
Pengulangan : 8 x per sesi latihan 
b.      Fasilitasi tidur terlentang ke duduk
Pasien : berbaring terlentang kaki seperti bersila
Terapis : di depan anak, lutut terapis memfiksasi lutut anak
Gerakan : anak diminta bangun, memberi fasilitasi berupa tarikan pada tanganya setelah posisi pasien duduk terapis memberikan aproksimasi pada bahu
c.       Fasilitasi kneeling dari crawling. 
Pasien : crawling
Terapis : duduk bersimpuh di belakang anak
Gerakan : anak memegang pelvis sebagai KOC. Berikan aba-aba agar anak menekuk lututnya,sambil memberikan sedikit bantuan dengan menarik pelvis ke arah depan dan keatas sampai posisi kneeling, pertahankan posisi sampai beberapa saat
Pengulangan : sekali per sesi latihan 
d.      Fasilitasi keseimbangan duduk pada guling
Pasien : duduk dengan guling di antaranya
Terapis : berada di belakang anak 
Gerakan : terapis menggoyang-goyangkan guling ke kanan dan kiri
Pengulangan : sekali per sesi latihan 
e.       Fasilitasi keseimbangan pada bola
Pasien : berbaring di atas bola
Terapis : berada di distal anak memberikan fiksasi pada ankle 
Gerakan : terapis menggoyang-goyangkan bola ke segala arah
Pengulangan : sekali per sesi latihan
h.       Latihan merangkak
Pasien : diposisikan jongkok
Terapis : berada dibelakang anak dan memfiksasi kedua lutut kemudian mengarahakan untuk merangkak
Gerakan : terapis mengarahakan anak untuk pola merangkak
Pengulangan : 8x per sesi latihan 
Terapi latihan ini sebaiknya dilakukan dengan :
Frekuensi latihan     : 3x  kali seminggu
Waktu                      : 40 – 60 menit
Sekian dari saya, mudah-mudahan bisa bermanfaat.
Saya tunggu kritik dan sarannya.

Jumat, 21 Oktober 2011

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

Salam sejahtera teman sejawat semua.. Bagaimana keadaan anda semua, oke pada postingan kali ini Kali ini saya ingin sedikit membahas tentang Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) untuk Memodulasi Nyeri.. Judul postingan kali ini sebenarnya sudah pernah saya posting pada blog terdahulu saya, namun karena blog terdahulu sudah tidak berjalan lg, maka saya akan coba posting lagi pada kesempatan kali ini. Baiklah langsung saja..
1. Pengertian Nyeri
Dimulai dari pengertian nyeri yg merupakan salah satu keluhan medis tertua yang bisa dialami dari lahir sampai meninggal, keluhan nyeri dari yang paling ringan berupa rasa tidak nyaman sampai yang paling berat atau tidak tertahankan adalah salah satu alasan yang mendorong seseorang untuk mendapatkan pertolongan1.
2. Nyeri dapat dimodulasi melalui beberapa tingkatan yaitu:
- Tingkat Reseptor: Pada tingkat ini sasaran modulasi pada reseptor perifer.
- Tingkat Spinal: Pada tingkat ini sasaran modulasi pada substansia gelatinosa dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi stimulasi nyeri.
- Tingkat Supra Spinal: Pada tingkat ini control nyeri dilakukan oleh Peri Aquaductal Graymatter (PAG) di midbraain.
- Tingkat Sentral: Pada tingkat sentral ini aspek kognitif dan psikis berperan dalam memodulasi nyeri.
c. Pengukuran Nyeri
Pengukuran derajat nyeri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode diantaranya dengan VAS (Visual Analog Scale). Pengukuran dengan VAS merupakan nilai nyeri secara kuantitatif dari pernyataan subyek sampel. Vas berbentuk garis rentang 10cm.
d. Pengertian TENS
TENS merupakan alat stimulasi elektris maksudnya alat yg mengubah arus listrik menjadi stimulasi untuk terapi. TENS  dapat memodulasi nyeri dengan 2 cara yaitu menstimulasi serabut afferen berdiameter besar dengan mekanisme gerbang kontrol dan memodulasi nyeri melalui mekanisme endogeneus opiate2.
TENS mempunyai bentuk pulsa monophasic, biphasic, dan poliphasic. Monophasic mempunyai bentuk gelombang rectangular,triangular, dan sinis searah. Biphasik mempunyai bentuk pulsa rectangular biphasic simetris dan sinusoidal biphasic simetris. Sedangkan Poliphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interferensi/campuran.

e. Pembagian TENS
 TENS digunakan untuk pengurangan nyeri dapat dibagi menjadi :
- TENS Konvensional
Bertujuan untuk mengaktifasi saraf berdiameter besar, memodulasi secara segmental/spinal, dengan frekuensi tinggi (10-200 pps), intensitas rendah, dan durasi 100-200 mikrodetik.
- AL-TENS (Acupuncture-like TENS)
Bertujuan untuk mengaktifasi otot-otot fasik yang berakhir  pada saraf berdiameter kecil nonnoksius dengan mekanisme modulasi segmental/spinal dan extrasegmental/supra spinal, dengan frekuensi sampai 100 pps, intensitas tinggi, dan durasi 100-200mikrodetik.
- Intense TENS
Bertujuan untuk mengaktifasi saraf berdiameter kecil (noksius), dapat memodulasi nyeri secara perifer, segmental/spinal, dan extrasegmental/supra spinal, dengan frekuensi tinggi (sampai 200 pps), intensitas tertinggi yang bisa ditoleransi penderita, durasi lebih dari 1000 mikrodetik1.
f. Penempatan Electrode TENS
Metode penempatan electrode TENS sebagai berikut:
- Di sekitar Lokasi nyeri 
Metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri yang merupakan letak paling optimal dalam hubunganya dengan jaringan penyebab nyeri.

- Dermatom
Dasar metode ini ialah daerah kulit tertutup akan mempunyai persyarafan yang sama dengan struktur/jaringan yang tepat di bawahnya. 

g. Indikasi TENS
- Trauma musculoskeletal (akut/kronik)
- Nyeri kepala
- Nyeri pasca operasi
- Nyeri pasca melahirkan
- Nyeri miofasial
- Nyeri visceral
- Nyeri berhubungan dengan sindroma sensorik
- Nyeripsikogenik
- Sindroma kompresi neurovaskular
h. Kontraindikasi TENS
- Keganasan
- Penyakit vaskuler
- Perdarahan
- Pasien ketergantungan pada alat pacu jantung
- Luka terbuka yang besar
- Infeksi
- Gangguan sensoris
- Bahan metal

Sekian dulu dari saya, semoga bermanfaat untuk kita semua..

*daftar pustaka
1  Parjoto, Slamet, 2005, Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri, IFI Cabang Semarang.
2 Mardiman, Sri, 2001, Modulasi Nyeri dan Mekanisme Pengurangan Nyeri dengan Modalitas Fisioterapi, Pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri, Surakarta.

Rabu, 19 Oktober 2011

Fascitis Plantaris

Salam sejahtera teman sejawat semua..
Postingan kali ini saya akan sedikit membahas tentang fascitis plantaris yg juga banyak ditemui kasusnya dilapangan klinis. Fascitis plantaris merupakan peradangan pada fasia plantaris dan otot-otot fleksor pendek kaki di perlekatannya pada calcaneus. Nah fascitis plantaris ini ternyata punya hubungan dekat dengan calcaneus spur, bahkan lebih dari 50% pasien plantar fasciitis mempunyai calcaneus spur. Calcaneus spur dan plantar fasciitis adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan sebab akibat yang saling berhubungan. Fascia plantaris merupakan bentuk dari ligament (jaringan yg menghubungkan dua tulang) di bawah kaki yang membentuk lengkungan (arkus). Yang berorigo pada tulang calcaneus, dan berinsersio pada caput metatarsale I-V jari kaki dan membentuk lengkungan. Sedangkan Calcaneus spur terjadi pada lebih dari 50% orang berusia diatas 50 tahun, dengan atau tanpa keluhan nyeri.
Dilapangan yg paling sering terjadi adalah akibat overuse pada arkus sehingga mengakibatkan peradangan fascia plantaris dengan kerobekan kecil pada daerah yang melekat pada tulang tumit. Secara normal, beban tubuh sewaktu berdiri jatuh lurus ke talus dan kemudian dibagi ke calcaneus, ke anterior medial dan ke anterior lateral, sehingga terlihat cetakan kaki dimana sisi medial tidak terlihat. Pada suatu keadaan tertentu pembagian beban terjadi tidak merata sehingga calcaneus berputar atau tidak pada posisinya. Ketegangan pada tendon Achilles turut memberikan tekanan pada fascia plantaris dan ini sering dihubungkan dengan nyeri tumit. 
Secara khas, gejala-gejala permulaaan munculnya nyeri terjadi pada tumit bagian bawah saat berdiri dan selama beberapa langkah pertama pada waktu pagi atau setelah duduk pada waktu yg lama. Pada berkembangan gejala selanjutnya, nyeri dapat muncul pada setiap langkah dan terus-menerus. Nyeri terjadi pada perlekatan fascia plantaris dan akan bertambah bila jari kaki digerakkan pasif ke arah dorsi fleksi. Tenderness (nyeri tekan) lokal pada perlekatan fascia plantaris yaitu di tuber calcaneus sisi antero-medial. Kadang-kadang pasien mengeluh nyeri yang menyebar sampai pada arkus kaki.
Pada sebagian besar masyarakat, fascitis plantaris dapat hilang secara spontan atau dengan istirahat. Bagaimanapun, penyembuhannya membutuhkan waktu yg lama. Pada studi penelitian waktu penyembuhan rata-rata sampai 8 bulan.

Intervensi fisioterapi yg cocok pada kasus ini yaitu : 

1. Microwave Diathermy
MWD merupakan alat terapi dengan menggunakan energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi 2450 Mhz dengan panjang gelombang 12,25 cm dan frekuensi 434 MHz dengan panjang gelombang 69 cm. Aplikasinya pada kasus ini adalah tegak lurus pada tumit/calcaneus dengan jarak 6 cm, kontinyu, intensitas toleransi pasien, gelombang MWD dapat menembus 3cm jaringan. Dalam perjalanannya ke jaringan tubuh, energi elektromagnetik MWD akan ada yang dipantulkan, diserap, dan ada juga yang dibiaskan.  
2. Ultrasound
US merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang suara dengan frekuensi sangat tinggi yaitu 0,75 Mhz – 3 Mhz. Efek yang ditimbulkan adalah efek mekanik dan efek thermal. Pengaplikasiannya melalui tranduser langsung pada tumit/calcaneus dengan ERA tranduser 5 cm, frekuensi 1Mhz karena dapat mencapai jaringan lebih dalam, kontinyu, intensitas toleransi pasien biasanya berkisar 1,5-2whatt/secon, durasi waktu terapi dengan rumus luas area dibagi ERA, mis luas area 5 cm2, ERA tranduser 5cm, waktu=25:5 adalah 5 menit. Tranduser digerakkan secara sirkuler/zigzag JANGAN berhenti bergerak dengan sedikit penekanan ringan. 

3. Massage
Massage berupa teknik deep friction untuk mengurangi adhesiva fascia plantaris, dan tapping serta kneeding akan mengurangi ketegangan fascia plantaris dan calf muscle. 

4. Edukasi 
Disarankan untuk selalu memindah daerah penekanan nyeri ke daerah toleransi sekitarnya dengan pemakaian insole dari bahan yang lunak seperti karet, busa dan silikon juga pemakaian viscoheel. 
Mudah-mudahan dapat bermanfaat, saya tunggu kritik dansarannya serta pertanyaannya apa bila kurang jelas.